Thursday, April 21, 2016

Bai'at 'Aqabah Pertama

 
Masjid Al Bai'at di Makkah
Masih ingat dengan enam pemuda Yatsrib yang masuk Islam dan berjanji menyebarkan Islam kepada kaumnya dan mendamaikan antara suku Khazraj dan Aus? Satu tahun sudah pertemuan itu berlalu. Perjuangan keras mereka untuk mendamaikan kedua suku itu mulai membuahkan hasil. Mereka juga telah banyak mengajak penduduk Yatsrib memeluk Islam. Mereka lalu menemui Rasulullah saw sesuai permintaan Nabi saw. Peristiwa itu terjadi tahun ke-12 kenabian (Juli, 621 M).

     Jumlah mereka sekarang 12 orang. Lima di antaranya adalah pemuda yang pernah bertemu dengan Nabi saw. Satu orang yang tidak hadir adaiah Jabir bin 'Abdullah bin Ri'ab.

     Tujuh orang yang baru itu:
  1. Muadz bin al-Harits, bin 'Afra' dari Bani an-Najjar (suku Khazraj)
  2. Dzakwan bin 'Abdul Qais dari Bani Zuraiq (suku Khazraj)
  3. Ubadah bin ash-Shamit dari Bani Ghanam (suku Khazraj)
  4. Yazid bin Tsa'labah. sekutu Bani Ghanam (suku Khazraj)
  5. Al-Abbas bin Ubadah bin Nadllah dari suku Bani Salim (suku Khazraj)
  6. Abu al-Haytsam bin at-Tayhan darisuku Bani Abdul Asyhal (suku Aus)
  7. Uwaim bin Sa'idah dari Bani 'Amr bin Auf (suku Aus) (lbnu Hisyam).
     "Kemarilah, aku akan membai'at kalian." kata Rasulullah saw. Nabi saw mulai membai'at mereka yang isinya sama persis dengan bai'at pada kaum perempuan.
  1. Janganlah menyekutukan Allah dengan sesuatu.
  2. Janganlah mencuri.
  3. Janganlah berzina.
  4. Janganlah membunuh anak-anak kalian.
  5. Janganlah berbuat kebohongan.
  6. Janganlah menentangku dalam kebenaran.
     "Siapa saja di antara kamu yang menepati, maka Allah yang akan membalas kebaikannya, dan siapa saja yang melanggar lalu diberi sanksi karenanya di dunia, maka itu adalah penebus dosa baginya." lanjut nabi Muhammad saw.

     "Dan siapa saja yang melanggar sesuatu dari itu lalu Allah tutup aibnya, maka urusunnya tergantung kepada Allah. Jika Dia menghendaki. Dia mengazabnya dan jika Dia menghendaki, Dia akan memaafkannya," tambah Nabi saw.

     Setelah Rasulullah saw selesai membacakan bai'at, 'Ubadah langsung berbai'at kepada Rasulullah saw." (Shahih Bukhari, Bab Ba'du Halawatil Iman, Bab Wufud al-Anshar).

Duta Islam Pertama di Yatsrib
     Setelah bai'at dilaksanakan dan musim haji pun berlalu. Nabi saw mengutus bersama para pembai'at seorang duta pertamanya di Yatsrib yang bertugas menyebarkan Islam dan memberikan pemahaman tentang agama. Rasulullah saw memilih Mush'ab bin 'Umair al-'Abdary. Ia dikenal sebagai muqri' (ahli membaca al-qur'an dan bacaannya merdu).

     Mush'ab tinggal di rumah As'ad bi Zurarah. As'ad adalah suku Khazraj yang menyambung silaturahim terhadap saudara-saudara sepupunya dari suku Aus. Suatu hari, As'ad mengundang pemimpin suku Aus dan Khazraj, yaitu Usaid bin Khudair dan Sa'ad bin Mu'az untuk dipertemukan dengan Mush'ab. Dialog penuh persahabatan terjadi di antara mereka. 

 SIAPAKAH MUSH'AB BIN UMAIR?
 Mush'ab bin 'Umair adalah remaja Quraisy terkemuka. Wajahnya tampan, akhlaknya baik, dan selalu tampil mewah. la selalu mengenakan pakaian terbaik yang tak dimiliki warga Makkah lainnya. Keistimewaan lainnya: ia cerdas. Suatu hari, Mush'ab mendengar berita tentang Muhammad al-Amin yang mengaku dirinya sebagai nabi. Di antara berita yang didengarnya ialah bahwa Rasulullah saw beserta pengikutnya biasa mengadakan pertemuan di rumah Arqam bin Abi al Arqam. la pun memutuskan untuk mendatangi tempat itu. Baru saja Mush'ab duduk, lantunan ayat al-Qur'an terdengar hingga membuatnya tersentuh. Hampir saja Mush'ab berdiri dari duduknya, sebelum akhirnya Nabi saw mengulurkan tangannya. Mush'ab pun tanpa ragu memeluk Islam.
Berita keislaman Mush'ab didengar oleh ibunya: Khunas binti Malik. Sang ibu adalah wanita yang disegani, bahkan ditakuti di Makkah. Tak ada yang ditakuti Mush'ab sejak ia berislam, selain ibunya. Khunas mendengar anaknya memeluk Islam dari 'Usman bin Thalhah. Suatu hari, 'Usman melihat Mush'ab memasuki rumah Arqam secara sembunyi. Pada hari yang lain, dilihatnya pula ia shalat seperti nabi Muhammad saw. Ketika sang ibu menanyakan kebenaran berita, Mush'ab tak membantahnya. la berdiri di hadapan ibu dan keluarganya serta para pembesar Makkah yang berkumpul di rumahnya. Dengan hati yang yakin, Mush'ab membaca ayat al-Qur'an. 

Ibunda Mush'ab berusaha membungkam mulut anaknya dengan tamparan keras. Namun, belum sampai menerpa wajah anaknya, tangan sang ibu mendadak lemah tak bertenaga. Ibunda Mush'ab lalu membawa putranya ke suatu tempat terpencil di rumahnya. Mush'ab dikurung ia baru bebas setelah berhasil mengelabui ibunya untuk bisa ikut hijrah ke Habasyah.
Mush'ab pernah berusaha mengajak ibunya untuk memeluk Islam, tetapi tak berhasil.  Dengan berat hati, ia pun meninggalkan ibunya tercinta. Segala kemewahan dunia dilepas Mush'ab karena kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Setelah menjadi Muslim, pakaian yang dikenakan Mush'ab usang dan lusuh. la juga sering kelaparan. Kaum Muslim yang menyaksikan menangis karena tak bisa membayangkan penderitaan Mush'ab. Namun, Rasulullah saw menatap Mush'ab penuh arti, seraya berujar, "Dahulu saya lihat Mush'ab ini tak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya, kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya."
As'ad mengatakan sesuatu kepada 'Usaid. "Perbesarlah keikhlasanmu, telah datang kepadamu pcmimpin kaum."
     Setelah mendengar nasihat As'ad, 'Usaid terlibat perbincangan hangat dengan Mush'ab.

     "Bagaimana caranya agar aku masuk Islam?" lanya 'Usaid.

     Engkau mandi lain memakai pakaianmu, kemudian membaca syahadat, dan setelah itu melakukan shalat dua rakaat," jawab Mush'ab.

     Usaid segera melaksanakan apa yang disarankan Mush'ab. Ia pun masuk Islam saat itu juga. "Jika Sa'ad masuk Islam, seluruh suku Khazraj akan masuk Islam." kata 'Usaid. Ternyata hal itu benar terjadi. Tak ada seorang pun dari kaumnya yang tidak masuk Islam, kecuali al-Ashram yang baru masuk Islam ketika pecah Pcrang Uhud. Al-Ashram meninggal di tengah peperangan.

     Mush'ab masih menginap di rumah As'ad bin Zurarah, mcngajak manusia ke jalan Allah. Hasilnya: setiap rumah kaum Anshar tcrdapar minimal satu orang yang memeluk Islam. Hanya rumah Bani Umayyah bin Zaid, Khathmah dan Wa'il yang masih dihuni kaum kafir. Itu karena di dalamnya ada seorang penyair yang amat ditaati bernama Qais bin al-Aslat. Ia selalu menghalang-halangi penghuni rumah untuk memeluk Islam. Barulah pada PerangKhandaq tahun kelima hijriah, mereka masuk Islam.

     Sebelum memasuki musim haji kedua, Mush'ab bin 'Umair kembali ke Makkah dengan membawa beberapa laporan pada Rasulullah saw. Dia menceritakan kepada Nabi saw tentang kabilah-kabilah di Yatsrib, sifat-sifat, karakter-karakter yang baik dan tersimpannya sumber kekuatan dan mental baja di dalam diri mereka. (Ibnu Hisyam, Zadul Ma'ad).

     Nabi saw dan Mush'ab bin 'Umair juga sepakat untuk membawa para penduduk Yatsrib yang telah masuk Islam ke Makkah saat musim haji. Kesepakatan itu dicapai karena Rasulullah saw ingin memanfaatkan momentum musim haji sebagai kesempatan emas dan menjadikannya sebagai titik tolak dari bangkitnya kekuatan mkaum Muslim. Pada musim haji tersebut, seluruh orang Arab akan berkumpul di negeri Makkah. Saat itulah Rasulullah saw akan menunjukkan pada orang-orang Arab, terutama kaum Quraisy Makkah, bahwa pengikut Islam telah bertambah dan datang dari luar Makkah, yaitu Yatsrib.

HIKMAH BAI'AT AQABAH PERTAMA
Setelah Perang Bu'ats, kedua belah pihak menghadiri Perjanjian Aqabah I terdiri atas dua orang wakil dari Aus dan enam orang dari Khazraj. Perjanjian Aqabah I adalah kemajuan yang signifikan dalam dunia Islam. Dalam sekejap, mereka mampu melupakan perseteruan internal yang telah mendarah-daging. Aus dan Khazraj telah menyadari kesalahan dan berjanji hendak memperbaikinya. Mereka mengajak yang lainnya untuk memeluk Islam dan melupakan perseteruan.
Perjanjian Aqabah I adalah sukses dakwah Rasulullah saw yang sangat besar dan upayanya yang kuat dalam memobilisasi kekuatan Islam di Yatsrib. Ia menjadi fondasi yang kukuh bagi tatanan baru. Kesungguhan dan pengorbanan tersebut berjalan selama dua tahun.