Tuesday, October 13, 2015

Teror Fisik Kepada Para Sahabat


     Penderitaan tidak hanya dialami Nabi saw. Para sahabat dan orang-orang beriman yang mengikuti ajaran Islam tak luput dari siksaan yang menyayat hati. Berikut nama-nama mereka yang menderita, tetapi tetap tegar meski siksaan datang bertubi-tubi, memunculkan perih yang tiada terkira. 

1. Zubair bin ‘Awwam
     Usianya masih teramat muda, 16 tahun. Tubuhnya dipukul kaum musyrik berkali-kali, sehingga membuat dadanya terkena penyakit. Nabi saw lalu mengizinkan Zubair memakai pakaian sutra untuk menyembuhkan penyakitnya. 

2. Keluarga Yasir 
     Keluarga‘ Ammâr bin Yasir (dia, ayah, dan ibunya) yang berasal dan Bani Makhzum, tidak luput dari penganiayaan. Mereka diseret keluar menuju al-Abthah (suatu tempat di Makkah) oleh kaum musyrik pimpinan Abu Jahal. Saat itu, udara sangat panas menyengat. Dalam kondisi seperti itu, mereka menyiksa keluarga Yasir. Ketika sedang menjalani siksaan, Nabi saw melintas di hadapan mereka sambil berkata, “Bersabarlah, wahai keluarga Yasir! Sesungguhnya tempat yang dijanjikan untuk kalian adalah surga.” 

     Yasir, ayahnya ‘Ammâr, meninggal karena siksaan itu, sedangkan ibunya, Sumayyah, ditusuk oleh Abu Jahal dari arah belakang dengan tombak, dan meninggal seketika. Dialah wanita yang mati syahid pertama dalam Islam. 

     Sementara, ‘Ammâr dijemur di tengah panas terik yang luar biasa, lalu dadanya ditindih dengan batu merah yang sangat keras. Di lain waktu, ‘Ammâr ditenggelamkan ke dalam air hingga pingsan. Di tengah kesadaran yang tidak sempurna, orang-orang kafir yang menyiksanya berkata, “Kami tidak akan membiarkanmu hingga kau mencaci Muhammad, atau memuji Lâtta dan ‘Uzzâ.” 

     ‘Ammâr melakukan apa yang mereka minta, dia melakukannya karena terpaksa. Dia lalu datang menemui Nabi saw sambil menangis. Allah swt berfirman, 

     Siapa yang kafir kepadaa Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan dari Allah), kecuali orangyang dipaksa kafir, padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa).... (QS. an-NahI [16]: 106) (Ibnu Hisyâm). 

3. ‘Utsmân bin ‘Affân 
     Ia digulung oleh pamannya ke dalam tikar yang terbuat dari daun kurma, kemudian diasapi dari bawah. (Ibnu Hisyam). 

4. Mush’ab bin ‘Umair 
     Ketika ibunya mengetahui keislamannya, ia dibiarkan kelaparan. Ia lalu diusir dari rumah. Padahal, sebelumnya ia termasuk orang yang hidup berkecukupan. Setelah diusir, kulitnya menjadi tidak terawat sehingga bersisik seperti kulit ular. (Rahmatan lil Alamin). 

5. Shuhaib bin Sinan ar-Rumi
     Ia disiksa hingga hilang ingatan (amnesia) dan tidak memahami apa yang dibicarakannya sendiri. (Asadul Ghabah). 

6. Abu Fakihah (nama aslinya Aflah) 
    Fakihah dan Bani Abdi ad-Dâr. Mukanya dijerembapkan oleh kaum musyrik ke tanah yang panas oleh terik matahari. Di atas punggungnya diletakkan batu besar yang juga panas, sampai dia tidak mampu bergerak hingga akhirnya hilang ingatan. Suatu kali, mereka mengikat kakinya dengan tali, lalu menyeret dan melemparkannya ke tanah yang panas oleh terik matahari. Kaum musyrik juga mencekiknya hingga mereka mengira Abu Fakihah telah mati. Saat itu, Abu Bakar melewatinya lalu membeli dan memerdekakannya. (Asadul Ghabah). 

7. Khabbâb bin al-Arts 
    Siksa keji dialami Khabbâb. Rambutnya dijambak, lehernya ditarik dengan kasar, dan dilemparkan ke dalam api yang membara. Lalu tubuhnya ditarik keluar dari api, sehingga tampak minyak yang keluar di sela pori-pori kulit punggungnya yang melepuh terbakar. (Asadul Ghdbah). 

8. Zunairah 
     Ia seorang budak wanita asal Romawi yang masuk Islam. Matanya dipukuli sampai buta, orang-orang musyrik lalu menghinanya dengan mengatakan bahwa kebutaannya itu adalah kutukan dari Latta dan ‘Uzzâ. Namun, Zunairah tidak kehilangan nyali, ia berkata, “Tidak! Demi Allah! Aku tidak terkena kutukan Lâtta dan ‘Uzzâ. ini dari Allah, jika Dia menghendaki, Dia akan menyembuhkannya.” Esok harinya, Allah mengembalikan penglihatan Zunairah. Orang-orang Quraisy berkata bahwa hal tersebut adalah berkat sihir Rasulullah saw. (Ibnu Sa’ad dan Ibnu Hisyâm). 

Ilustrasi Suasana Perbudakan
Ilustrasi Suasana Perbudakan Zaman Dulu

9. Ummu Ubais 
     Ummu Ubais ialah seorang budak dari Bani Zahrah. Setelah masuk Islam, ia disiksa kaum musyrik, terutama oleh tuannya, Aswad bin ‘Abdi Yaghüts, salah seorang yang paling memusuhi Rasulullah saw. 

10. Seorang budak perempuan Bani Muammal, suku Bani Adi 
     Ia dipukuli ‘Umar bin Khaththâb yang saat itu masih musyrik, sampai ‘Umar sendiri kelelahan menyiksanya. “Yang membuatku membiarkanmu hanyalah karena aku keletihan,” kata ‘Umar. Namun, perempuan itu menjawab, “Demikian pula Tuhanmu akan memperlakukan kamu.” (Ibnu Hisyam) 

11. An-Nahdiyah dan anaknya 
     Keduanya menjadi budak seorang perempuan dari Bani ‘Abdu ad-Dâr. (Ibnu Hisyâm) Di antara budak yang disiksa adalah Amir bin Fuhairah. (Ibnu Sa’ad). Semua budak wanita dan lelaki itu dibeli Abu Bakar, kemudian dimerdekakannya. Abü Bakar sendiri oleh ayahnya, Abu Quhafah, dicela dengan kata-kata yang menyakitkan, “Aku melihatmu membebaskan budak-budak yang lemah, andai engkau membebaskan budak-budak perkasa, mereka pasti akan menjadi pengawalmu!” 

     Abu Bakar pun menjawab, “Aku hanya mengharapkan ridha Allah!” Allah swt lalu menurunkan firman-Nya, memuji Abu Bakar, dan mencela musuh-musuh-Nya, 

     Maka, Kami memperingatkanmu dengan neraka yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dan iman). (QS. al-Lail [92]: 14-16) 

     Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Mahatinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan. (QS. al-Lail [92]: 17--21). 
     
Yang dimaksud dalam ayat ini adalah Abü Bakar ash-Shiddiq. (Ibnu Hisyam) 

Abu Bakar juga tak luput dari teror. Oleh Naufal bin Khuwailid al-Adawi, ia diseret dan diikat bersama dengan Thalhah bin ‘Ubaidillâh. Keduanya diikat pada satu tali agar tidak bisa melaksanakan shalat. Namun, keduanya tetap melaksanakan shalat. Peristiwa itu menyatukan keduanya dalam gelar al-Qarinani (dua sahabat). (Asadul Ghâbah) 

WAS IAT  RASULULLAH SAW
Jarmuz al-Juhani berkata, “Wahai Rasulullah, nasihatilah/berilah aku wasiatmu.” Rasulullah saw bersabda, “Aku mewasiatkan kamu untuk tidak menjadi orang yang sering melaknat orang.” (HR. Ahmad). 

Hikmah Teror Fisik kepada Sahabat Nabi Beragam teror yang mendera para sahabat ternyata tidak merobohkan kekukuhan benteng iman mereka. Jika kita memiliki landasan akidah yang kuat, berbagai ujian dan cobaan yang datang tidak akan sanggup menggoyahkan keimanan kita. 


SIKSA BILAL DI SlANG BOLONG

     
Maqam Bilal bin Rabah di Damasqus
Makam Bilal bin Rabah di Damasqus
Panas membakar Makkah. Di sebuah lapangan berkerikil, tubuh Bilâl bin Rabâh telentang, menghadap sinar matahari. Bilâl sedang disiksa. Tubuhnya yang hitam legam ditindih sebuah batu besar, tepat di atas dadanya. Bilâl merintih. Rasa sakit tidak tertahankan. Keringat mengucur deras. Rintihan Bilâl terdengar menyayat hati.

     Di hadapannya berdiri Umayyah, majikannya yang sering menyiksanya karena Bilâl masuk Islam. “Tidak, demi Allah! Engkau akan tetap mengalami hal seperti ini sampai engkau mati, atau engkau kafir dari ajaran Muhammad, dan menyembah Latta dan ‘Uzzâ,” teriak Umayyah sambil tersenyum penuh kemenangan. 

    Namun, BiIâl tetap bergeming. Ia tidak mengikuti keinginan Umayyah. Dan bibirnya yang basah dengan peluh itu hanya terucap, “Ahad, Ahad.” Suaranya terdengar lemah dan terputus-putus. Setiap kali Umayyah memaksanya, kalimat Ahad”, sambil menahan sakit yang teramat sangat. Napasnya terasa sulit diembuskan karena impitan batu besar di atas dadanya. 

     Itu adalah episode puncak penderitaan BiIâl. Sebelumnya, ia kerap disiksa dengan kejam oleh Umayyah. Pundaknya diikat dengan tali, kemudian diserahkan kepada anak-anak kecil untuk diseret, dan dibawa berkeliling sepanjang pegunungan Makkah. Akibatnya, bekas ikatan tali tersebut masih membekas di pundaknya. Umayyah selalu mengikatnya kemudian menderanya dengan tongkat. Kadang Ia dipaksa duduk di bawah terik matahari. Dia juga pernah dibiarkan kelaparan.

     Derita Bilâl baru berakhir ketika suatu hari Abu Bakar melewati tempat Bilâl disiksa. Abu Bakar membeli Bilal dan menukarkannya dengan seorang anak berkulit hitam. Ada riwayat yang mengatakan, dengan tujuh uqiyyah (satu uqiyyah 12 dirham atau 28 gram) atau lima uqiyyah dan perak, kemudian beliau memerdekakannya. (aI-Ishâbah dan lbnu Sa’ad).