Batu Pijakan saat Isra' Mi'raj |
Bukan di Gua Hira' seperti kali pertama beliau bertemu Jibril, melainkan di rumah. Jibril berucap, "Thawaflah di Ka'bah sebanyak tujuh kali." perintah Jibril.
Lalu Jibril melanjutkan perkataannya, "Engkau akan diperjalankan menuju langit oleh Allah dari Masjid al-Aqsha."
Tanpa sempat berkata-kata lagi, Rasulullah saw bergegas meninggalkan rumah menuju Masjid al-Haram, melawan hawa dingin yang menggigit. Langkahnya cepat, menembus pekatnya malam. Beberapa saat kemudian, Nabi saw tiba di depan Ka'bah dan segera melakukan thawaf sebanyak tujuh putaran. Baru saja manusia mulia itu menyelesaikan putaran terakhir, tiba-tiba dihadapannya berdiri hewan bernama Buraq. Kulitnya putih, tingginya melebihi keledai tapi lebih pendek daripada baghal. Kedua kakinya diletakkan sejauh matanya memandang (kecepatannya sejauh mata memandang). Dinamakan Buraq karena kecepatannya menyamai kecepatan barq (kilat).
Nabi saw segera bersiap menunggang Buraq. Namun. binatang itu terus bergerak saat Rasulullah saw mendekatinya. Jibril segera menghampiri hewan tersebut.
"Tenanglah! Demi Tuhan yang jiwaku berada di genggaman-Nya, engkau tidak pernah ditunggangi oleh orang baik seperti dia," kata Jibril. Buraq seketika diam tak bergerak.
Rasulullah saw segera menaiki punggung Buraq, diikuti oleh Jibril dari belakang menuju Masjid al-Aqsha. Jibril menemani Rasulullah saw selama dalam perjalanan, mengajaknya berbicara dan menghiburnya.
Tiba di Masjid al-Aqsha
Dalam sekejap. keduanya tiba di Masjid al-Aqsha. Nabi saw lalu menambatkan Buraq pada sebuah batu. Kedatangan beliau ke Masjid al-Aqsha tanpa diketahui orang di sekelilingnya adalah suatu mukjizat tersendiri. Mengapa? Karena saat itu Masjid al-Aqsha sedang dikepung pasukan Romawi dari segala penjuru.
Setibanya di Masjid al-Aqsha, Rasuullah saw terkejut ketika di sana telah menunggu para nabi, dari nabi Adam sampai nabi Isa.
Wajah mereka memancarkan kesucian, cahaya kenabian dan kerasulan. Semuanya turun dari langit untuk menyambut Muhammad saw. Para nabi berdiri dan berbaris untuk shalat di Baitul Maqdis, sambil menanti Jibril menentukan siapa yang akan menjadi imam.
"Majulah, wahai Muhammad!" kata Jibril. Nabi saw pun menjadi imam.
Usai shalat dua rakaat, Rasulullah saw menengok ke arah para nabi. Saat itu juga, Muhammad saw teringat dengan firman Allah :
Dan tanyakanlah kepada rasul - rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, "Adakah Kami menentukan tuhan - tuhan selain Allah Yang Maha Pengasih untuk disembah? (QS. az-Zukhruf : 45)
Saat itu pula Nabi saw diberi jamuan tiga buah cawan oleh Jibril. Setiap cawan berisi air, khamar dan susu. Di saat yang sama, Nabi saw mendengar suara, "Jika engkau mengambil cawan berisi air, tentu engkau akan tenggelam dan umatmu juga akan tenggelam. Jika engkau mengambil cawan berisi khamar, engkau akan tergoda dan umatmu juga akan tergoda. Jika engkau memilih cawan berisi susu, engkau diberi petunjuk dan umatmu pun akan diberi petunjuk."
Rasulullah mengikuti nasihat suara itu, tapi Nabi saw tidak tahu cawan mana yang berisi susu. Berkat pertolongan Allah, Rasulullah saw mengambil cawan yang berisi susu lalu meminumnya.
"Engkau diberi petunjuk dan umatmu pun akan diberi petunjuk, wahai Muhammad!" kata Jibril setelah menyaksikan Muhammad saw meminum susu. (Qishah ar-Risalah).
HIKMAH TIBA DI MASJID AL-AQSHASesungguhnya saat Nabi saw memimpin shalat bersama para nabi lain, hal itu menjadi bukti bahwa mereka telah menyerahkan jabatan imam sekaligus penuntun umat kepada beliau. Sesungguhnya syariat Islam menghapus syariat-syariat sebelumnya. Para pengikut nabi-nabi juga mempersilahkan tongkat kepemimpinannya dipegang nabi Muhammad saw bersama risalahnya yang tidak mengandung kebatilan.
MUKJIZAT RASULULLAH SAW
ISRA' MI'RAJ
Allah swt memberangkatkan jasad dan ruh nabi Muhammad saw dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha, lalu menaikkannya ke langit ketujuh hingga Sidratul Muntaha. Rasulullah saw kembali ke Makkah pada malam yang sama. (QS. Al-Isra :1) dan (QS. An-Najm :13-18)
MENGAPA DUA MASJID?Ada keterkaitan yang sangat erat antara Masjid al-Aqsha dan Masjid al-Haram. Masjid al Aqsha memiliki arti penting bagi kaum Muslim, la adalah pijakan Nabi saw sebelum miraj ke langit yang paling tinggi. la menjadi kiblat pertama selama beliau berada di Makkah. Hal ini menjadi pertanda bagi kaum Muslim agar senantiasa mencintai Masjid al-Aqsha dan Palestina, karena ia merupakan tempat yang diberkati dan disucikan.
Kaum Muslim harus bertanggung jawab atas Masjid al-Aqsha dengan membebaskannya dari kesyirikan dan teologi trinitas sebagaimana mereka bertanggung jawab atas Masjid al-Haram dengan membersihkannya dari kesyirikan dan berhala. Kaum Muslim hendaknya memahami bahwa ancaman bagi Masjid al-Aqsha berarti ancaman juga bagi Masjid al-Haram. Jika Masjid al Aqsha dapat ditaklukkan orang-orang kafir, bersiaplah Masjid al-Haram tinggal menunggu gilirannya. Masjid al-Aqsha adalah gerbang Masjid al-Haram. Lepasnya Masjid al-Aqsha dari tangan kaum Muslim ke tangan Yahudi, maka keamanan Masjid al-Haram dan penduduk terancam, karena musuh telah mengintainya.
Bertemu Para Nabi
Rasulullah saw dan Jibril sampai di batas langit dunia, lalu keduanya meminta izin masuk. Seseorang bertanya kepada mereka,
"Siapa?"
"Aku Jibril."
Pintu langit lalu dibuka. Di sana Rasulullah saw berjumpa nabi Adam. Nabi saw mengucapkan salam dan Adam membalasnya. Adam menyambut kedatangan Rasulullah saw dan mengakui kerasulannya. Allah memperlihatkan arwah orang-orang yang berbahagia di sisi kanan dan arwah orang-orang yang sengsara di sisi kiri kepada Nabi saw.
Setelah itu, Nabi saw dibawa ke langit kedua. Setelah pintu langit terbuka, RAsulullah saw bertemu nabi Yahya bin Zakaria dan Isa bin Maryam. Muhammad saw mengucapkan salam dan kedua nabi itu membalas salamnya, menyambut kedatangannya dan mengakui kerasulannya.
Rasulullah saw lalu dinaikkan ke langit ketiga dan berjumpa nabi Yusuf. Rasul mengucapkan salam dan Yusuf membalas salamnya, menyambut kedatangannya dan mengakui kerasulannya.
Lalu, Rasulullah saw dinaikkan ke langit keempat. Di sini, beliau bertemu nabi Idris seraya mengucapkan salam. Nabi Idris membalas salamnya, menyambut kedatangannya dan mengakui kerasulannya.
Rasulullah saw dinaikkan lagi ke langit kelima. Nabi saw bertemu nabi Harun bin Imran. Beliau mengucapkan slam dan nabi HArun menyambut kedatangan Nabi saw dan mengakui kerasulannya.
Selanjutnya, Rasulullah saw naik ke langit keenam. Di sini, Muhammad saw berjumpa nabi Musa bin Imran. Nabi saw mengucapkan salam dan Musa membalas salamnya, menyambut kedatangannya Nabi saw dan mengakui kerasulannya.
Namun ketika Nabi saw hendak beranjak, Musa menangis.
"Mengapa engkau menangis?" tanya Muhammad saw penuh keheranan.
Periuk yang digunakan oleh nabi Ibrahim, tingginya 12 cm berdiameter 22 cm. |
"Aku menangis karena pemuda yang diutus sebagai rasul sesudahku, umatnya lebih banyak yang masuk surga daripada umatku," kata Musa.
Sampailah RAsulullah saw di langit ketujuh. Di sini, Rasul saw bertemu nabi Ibrahim. Beliau mengucapkan salam dan nabi Ibrahim membalas salamnya, menyambut kedatangannya Rasulullah saw dan mengakui kerasulannya.
Perintah Shalat
Tibalah Nabi saw pada puncak perjalanannya, yaitu Sidratulmuntaha. Namun, Jibril menghentikan langkahnya.
Tongkat milik nabi Musa, merupakan hadiah dari nabi Syuaib, panjangnya 122 cm |
"Mengapa engkau, Jibril?" tanya Rasulullah saw heran.
"Bukankah kita memiliki kedudukan yang telah ditetapkan. Di sinilah batasku. Seandainya aku melintasinya, niscaya aku akan terbakar," ujar Jibril.
Dapat dibayangkan Jibril, yang meluluhlantakkan negeri dan bangsa terdahulu dan mencabut penghuninya dari akarnya dan yang memiliki 700 sayap yang panjang setiap sayapnya dari ufuk timur hingga barat, tertahan di suatu tempat dan dia tidak mampu memasukinya.
Akhirnya RAsulullah saw melintasi batas itu menuju Sidratulmuntaha sendirian. Di sana, Nabi saw mendengar bunyi pena yang mencatat kebaikan dan keburukan, rezeki, dan ajal. Itulah alam tertinggi (al-'alam al-'ulwi) yang sibuk mengatur urusan alam bawah (al-'alam as-sufli), seperti mencatat takdir dan qadar, menghitung dan mengawasi amal hamba, menurunkan rezeki, menentukan ajal, mencatat kebaikan, menghitung atau menghapuskan keburukan.
Replika sorban kepala milik nabi Yusuf yang tersimpan di Topkapi Palace Museum, Istanbul, Turki. |
Rasulullah saw takjub saat melihat Sidratulmuntaha. Beliau melihat pepohonan yang daunnya sebesar telinga gajah ditutupi dengan permadani berwarna-warni dari emas dan cahaya (Qishah ar-Risalah).
Setelah itu RAsulullah saw dinaikkan menuju Baitul Makmur. Lalu Rasulullah saw naik lagi menuju Allah Jalla Jalaluh, al Jabbar. Nabi saw tak melihat Allah dalam wujud-Nya. "Aku tak dapat melihatnya. Aku hanya melihat cahaya," kata Muhammad saw. (HR. Muslim).
Di hadapan Allah, Nabi saw mendapat perintah shalat. Allah swt mewajibkan shalat 50 waktu kepada Rasulullah saw dan umatnya. Setelah menerima perintah itu, Rasulullah saw kembali ke bawah dan bertemu nabi Musa.
"Berapa waktu shalat yang diwajibkan kepadamu?" tanya Musa.
"Lima puluh waktu," jawab Rasulullah saw.
"Sungguh, umatmu tidak akan mampu melaksanakan shalat 50 waktu," kata Musa.
"Kembalilah pada Tuhanmu dan mohonlah keringanan pada-Nya bagi umatmu!" saran Musa.
Rasulullah saw melirik ke arah Jibril, seolah-olah meminta pendapatnya. Jibril mengerti maksud Rasulullah saw.
Tempayan air yang biasa digunakan Nabi saw untuk membasuh anggota tubuh/wudhu yang tersimpan di Topkapi Palace Museum, Istanbul, Turki |
"Ya, jika engkau menginginkannya," ujar Jibril.
Rasulullah saw kemudian menghadap Allah swt untuk kedua kalinya. Allah swt memberi keringanan sepuluh rakaat. Nabi saw kembali turun hingga bertemu lagi dengan Musa, lalu menuturkan tentang keringanan yang diberikan Allah.
"Menghadaplah kembali kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan," saran Musa lagi.
Rasulullah saw berulang kali menemui Musa dan menghadap Allah, hingga akhirnya shalat ditetapkan menjadi lima waktu. Kendati demikian, Musa tetap meminta Rasulullah saw untuk memohon keringanan kepada Allah swt.
Rasulullah saw menjawab, "Aku malu kepada Tuhanku, lagipula aku ridha dan menerima perintah-Nya."
Ketika Rasulullah saw hendak beranjak pergi, terdengar seruan,
"Engkau telah menerima perintah-Ku dan engkau telah meringankan para hamba-Ku."(HR. Bukhari dan Muslim). (Lihat Zadul Ma'ad).
Dalam mi'raj ini, Nabi saw juga mengalami pembelahan dada. Beliau juga melihat empat buah sungai yang keluar dari dasar Sidratulmuntaha. Dua sungai terlihat wujudnya : Sungai Nil dan Furat. Dua lagi tidak terlihat karena berada di surga. Barangkali makna melihat Sungai Nil dan Furat tersebut adalah sebagai isyarat akan eksistensinya Islam pada kedua wilayah di mana kedua sungai tersebut berada. Wallahu a'lam.
RASULULLAH SAW MELIHAT NERAKA
Dalam perjalanan Isra' Mi'raj, nabi Muhammad saw diperlihatkan oleh Allah siapa-siapa saja yang kelak akan menjadi penghuni neraka. Beliau melihatmalaikat Malik, penjaga neraka yang tak pernah tersenyum, di wajahnya tldak terpancar kegembiraan dan keceriaan. Nabi saw juga melihat surga dan neraka. Beliau melihat pemakan harta-harta anak yatim secara zalim. Mereka memiliki bibir seperti bibir unta. Mulut-mulut mereka dilempari dengan potongan api dari neraka sebesar genggaman tangan, lalu keluar dari dubur-dubur mereka.
Beliau melihat para pemakan riba yang memiliki perut-perut yang buncit. Mereka tidak mampu beranjak dari tempat mereka. Mereka dilintasi oleh keluarga Fir'aun saat akan disodorkan ke neraka lalu mereka diinjak-injak.
Rasulullah saw melihat para pezina, di tangan mereka terdapat daging yang gemuk dan segar, dan di sampingnya terdapat daging yang bernanah dan membusuk. Mereka memakan yang bernanah dan membusuk dan tak memakan daging yang segar, meski tersedia. Beliau melihat wanita-wanita yang suka membawa masuk lelaki asing. Wanita-wanita itu sedang bergelantungan pada payudara mereka.
(Ibnu Hisyam).
Tuntas sudah perjalanan Rasulullah saw. Malam itu juga beliau kembali ke rumah. Dirinya terkejut ketika menemui bantal di rumahnya masih sama seperti saat ditinggalkan. Tubuhnya dibaringkan. Matanya menerawang, memikirkan bagaimana caranya mengabarkan kepergiannya malam itu pada penduduk Makkah.
Abu bakar diberi Gelar ash-Shiddiq
Lalu bagaimana reaksi para pengikut Nabi saw tentang perjalanan sang pemimpin mereka? Allah telah memberikan hidayah kepada mereka karena mengakui kebenaran nabi Muhammad saw, tak terkecuali Abu Bakar.
Setelah mendapat penjelasan dari Nabi saw, orang-orang kafir segera menemui Abu Bakar. Mereka bertanya tentang apa yang sedang terjadi pada diri Rasulullah saw.
"Kau tahu apa yang telah temanmu alami? Dia mengaku pergi ke Masjid al- Aqsha dalam sekejap, lalu berdoa di sana, dan kembali ke Makkah?" tanya mereka.
"Benarkah itu yang dikatakan Muhammad?" Abu Bakar balik bertanya.
"Ya," jawab mereka.
"Apabila Rasulullah yang berkata, maka benarlah adanya," kata Abu Bakar. la segera menemui Nabi saw.
"Wahai Abu Bakar, kau adalah orang yang memercayaiku sepenuhnya. Engkau shiddiq," kata Rasulullah saw.
Sejak hari itu, Abu Bakar akhirnya dijuluki ash-Shiddiq, yang artinya tepercaya. (Zadul Ma'ad, HR. Bukhari, dan Ibnu Hisyim).
Rasulullah saw Menjelaskan Isra' Mi'raj
Saat fajar mcnyingsing, Nabi saw didatangi Abu Jahal. Kesempatan itu langsung dimanfaatkan beliau untuk menceritakan apa yang telah dialaminya. Abu Jahal hanya mengernyitkan keningnya mendengar penuturan nabi Muhammad saw.
"Bagaimana pendapatmu jika aku kumpulkan para kaummu untukmu. Apakah engkau akan mengabarkan
apa yang engkau katakan?" Abu Jahal memberi saran.
"Ya," kata Nabi saw.
Pagi itu, berkumpullah penduduk Makkah untuk mendengarkan pengalaman Rasulullah saw melakukan Isra Mi'raj. Di antara mereka terdapat para pembesar musyrik Quraisy. Nabi saw menceritakan secara runtut, sementara orang-orang menyimaknya. Tiba-tiba Abu Jahal berbicara.
"Muhammad, biasanya kami menempuh perjalanan menuju Baitul Maqdis selama satu bulan, dan kembali dalam satu bulan. Sementara engkau mengaku telah pergi ke sana, lalu naik ke langit kerujuh, ke Sidratulmuntaha, dan kembali hanya dalam satu malam? Itu sama sekali tak masuk akal," kata Abu Jahal.
"Aku ingin engkau membuktikan kebenaran pengakuanmu, beritahukan kepada kami perihal Baitul Maqdis, karena kami amat mengenalnya, pintu demi pintu, jendela demi jendela, lorong demi lorong!"
Rasulullah saw mulai mendeskripsikan Baitul Maqdis dengan amat detail. Mendengar uraian Nabi saw.
al-Walid mcngatakan. "Demi Allah, penjelasannya tidak lebih dan tidak kuramg dari apa yang pernah kami
saksikan."
"Kami ingin bukti lain," kata kaum musyrik Quraisy.
"Baik. Aku mencium aroma kafilah akan tiba besok yang dipimpin oleh salah satu dari kalian. Di depan
kafilah itu, ada seekor unta dengan dua titik putih di keningnya, dan seekor unta patah tulang kakinya."
"Kami akan menunggu kebenaran ucapanmu," kata mereka.
Ketika pagi tiba, kafilah yang dinanti pun datang. Seekor unta dengan dua warna putih di keningnya berada di depan rombongan.
"Ada apa gerangan dengau unta si Fulan?" kata orang-orang Quraisy, yang telah menunggu kedatangan rombongan tcrscbut.
"Tulang kakinya patah!" kata seseorang.
Kaum Quraisy tak bisa lagi membantah kebenaran perkataan Muhammad saw. Namun, mereka tetap ingkar dan menuduhnya mcnggunakan sihir.
Saat fajar mcnyingsing, Nabi saw didatangi Abu Jahal. Kesempatan itu langsung dimanfaatkan beliau untuk menceritakan apa yang telah dialaminya. Abu Jahal hanya mengernyitkan keningnya mendengar penuturan nabi Muhammad saw.
"Bagaimana pendapatmu jika aku kumpulkan para kaummu untukmu. Apakah engkau akan mengabarkan
apa yang engkau katakan?" Abu Jahal memberi saran.
"Ya," kata Nabi saw.
Pagi itu, berkumpullah penduduk Makkah untuk mendengarkan pengalaman Rasulullah saw melakukan Isra Mi'raj. Di antara mereka terdapat para pembesar musyrik Quraisy. Nabi saw menceritakan secara runtut, sementara orang-orang menyimaknya. Tiba-tiba Abu Jahal berbicara.
"Muhammad, biasanya kami menempuh perjalanan menuju Baitul Maqdis selama satu bulan, dan kembali dalam satu bulan. Sementara engkau mengaku telah pergi ke sana, lalu naik ke langit kerujuh, ke Sidratulmuntaha, dan kembali hanya dalam satu malam? Itu sama sekali tak masuk akal," kata Abu Jahal.
"Aku ingin engkau membuktikan kebenaran pengakuanmu, beritahukan kepada kami perihal Baitul Maqdis, karena kami amat mengenalnya, pintu demi pintu, jendela demi jendela, lorong demi lorong!"
Rasulullah saw mulai mendeskripsikan Baitul Maqdis dengan amat detail. Mendengar uraian Nabi saw.
al-Walid mcngatakan. "Demi Allah, penjelasannya tidak lebih dan tidak kuramg dari apa yang pernah kami
saksikan."
"Kami ingin bukti lain," kata kaum musyrik Quraisy.
"Baik. Aku mencium aroma kafilah akan tiba besok yang dipimpin oleh salah satu dari kalian. Di depan
kafilah itu, ada seekor unta dengan dua titik putih di keningnya, dan seekor unta patah tulang kakinya."
"Kami akan menunggu kebenaran ucapanmu," kata mereka.
Ketika pagi tiba, kafilah yang dinanti pun datang. Seekor unta dengan dua warna putih di keningnya berada di depan rombongan.
"Ada apa gerangan dengau unta si Fulan?" kata orang-orang Quraisy, yang telah menunggu kedatangan rombongan tcrscbut.
"Tulang kakinya patah!" kata seseorang.
Kaum Quraisy tak bisa lagi membantah kebenaran perkataan Muhammad saw. Namun, mereka tetap ingkar dan menuduhnya mcnggunakan sihir.
SIFAT RASULULLAH SAW AMANAH
Amanah berarti dapat dipercaya. Sebelum menjadi Rasul, beliau telah digelari al-Amin (Yang Dapat Dipercaya). Dengan demikian, tidak mungkin seorang Nabi bersifat khianat (curang). Amanah diterapkan para Nabi dan Rasul dalam bentuk selalu menyampaikan semua ajaran yang diterimanya. Tidak ada satu pun yang disembunyikan, termasuk tentang Isra' Mi'raj yang sulit diterima logika.
HIKMAH ISRA' DAN MI'RAJ
Nabi Muhammad saw sudah tidak takut lagi untuk menampakkan kebenaran dakwah di depan musuh-musuhnya. Ketika beliau menceritakan sebuah kebenaran yang tak bisa dijangkau akal, mereka langsung menentang dan mengingkarinya, seperti peristiwa Isra' dan Mi'raj. Allah melalui Nabi-Nya menampakkan beberapa bukti, agar mereka percaya bahwa Nabi benar-benar telah melakukan perjalanan Isra dan Mi'raj dalam waktu yang singkat. Di antara tanda bukti tersebut:
- Nabi Muhammad saw mampu menggambarkan keadaan Baitul Maqdis secara detail dan mereka pun membenarkannya.
- Nabi saw mampu menceritakan ihwal perjalanan kafilah pertama yang berada di
Ruha.- Beliau juga mampu menceritakan ihwal perjalanan kafilah yang kedua.
- Nabi saw juga mampu menceritakan ihwal perjalanan kafilah yang ketiga di al-Abwa'.
Setelah itu, mereka baru percaya apa yang dialami Rasulullah saw bukan omong kosong. Isra'-Mi'raj merupakan peristiwa yang sangat agung dan merupakan pendidikan rabbani yang sangat luhur. Beliau mampu melihat jagat bumi, partikel kecil dari alam semesta. Tak heran jika beliau juga mampu melihat gerak-gerik orang-orang kafir yang berada di secuil kota Makkah.
Peristiwa Isra'-Mi'raj membuat keimanan Abu Bakar semakin nyata. Saat kaum kafir menceritakan peristiwa tersebut kepada Abu Bakar. maka dengan bahasa yang lugas dia menjawab, "Jika yang bercerita Nabi, hal itu benar adanya. Aku memercayai lebih dari sekadar yang telah ditempuh Nabi saw. Aku memercayai Nabi dengan berita langit yang beliau bawa pada pagi hari." Karena itulah, dia dijuluki ash-Shiddiq